Kekaisaran Jepang berusaha mendominasi
Asia Timur dan sudah memulai
perang dengan
Republik Tiongkok pada tahun 1937,
[2] tetapi perang dunia secara umum pecah pada tanggal 1 September 1939 dengan
invasi ke
Polandia oleh
Jermanyang diikuti serangkaian pernyataan perang terhadap Jerman oleh
Perancis dan
Britania. Sejak akhir 1939 hingga awal 1941, dalam serangkaian kampanye dan
perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros bersama
Italia, menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Setelah
Pakta Molotov–Ribbentrop, Jerman dan Uni Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah negara-negara tetangganya sendiri di Eropa,
termasuk Polandia. Britania Raya, dengan
imperiumdan
Persemakmurannya, menjadi satu-satunya kekuatan besar Sekutu yang terus berperang melawan blok Poros, dengan mengadakan pertempuran di
Afrika Utara dan
Pertempuran Atlantik. Bulan Juni 1941, Poros Eropa melancarkan invasi terhadap Uni Soviet yang menandakan terbukanya
teater perang darat terbesar sepanjang sejarah, yang melibatkan sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir perang. Pada bulan Desember 1941, Jepang bergabung dengan blok Poros,
menyerang Amerika Serikat dan
teritori Eropa di
Samudra Pasifik, dan dengan cepat menguasai sebagian besar Pasifik Barat.
Serbuan Poros berhenti tahun 1942, setelah Jepang kalah dalam berbagai pertempuran laut dan tentara Poros Eropa dikalahkan di
Afrika Utara dan
Stalingrad. Pada tahun 1943, melalui serangkaian
kekalahan Jerman di
Eropa Timur,
invasi Sekutu ke Italia, dan kemenangan Amerika Serikat di Pasifik, Poros kehilangan inisiatif mereka dan mundur secara strategis di semua front. Tahun 1944, Sekutu Barat
menyerbu Perancis, sementara Uni Soviet merebut kembali semua teritori yang pernah dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang di Eropa berakhir dengan
pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan
penyerahan tanpa syarat Jerman pada tanggal
8 Mei 1945. Sepanjang 1944 dan 1945, Amerika Serikat mengalahkan Angkatan Laut Jepang dan menduduki beberapa pulau di Pasifik Barat, menjatuhkan bom atom di negara itu menjelang
invasi ke Kepulauan Jepang. Uni Soviet kemudian mengikuti melalui negosiasi dengan menyatakan perang terhadap Jepang dan
menyerbu Manchuria. Kekaisaran Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, sehingga mengakhiri perang di Asia dan memperkuat kemenangan total Sekutu atas Poros.
Perang Dunia II mengubah haluan politik dan struktur sosial dunia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan untuk memperkuat kerja sama internasional dan mencegah konflik-konflik yang akan datang. Para kekuatan besar yang merupakan pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet, Tiongkok, Britania Raya, dan Perancis—menjadi
anggota tetapDewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
[3] Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan super yang saling bersaing dan mendirikan panggung
Perang Dunia yang kelak bertahan selama 46 tahun selanjutnya. Sementara itu, pengaruh kekuatan-kekuatan besar Eropa mulai melemah, dan
dekolonisasi Asia dan
Afrika dimulai. Kebanyakan negara yang industrinya terkena dampak buruk mulai menjalani
pemulihan ekonomi. Integrasi politik, khususnya
di Eropa, muncul sebagai upaya untuk menstabilkan hubungan pascaperang.
Awal terjadinya perang umumnya disetujui pada tanggal 1 September 1939, dimulai dengan
invasi Jerman ke Polandia; Britania dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman dua hari kemudian. Tanggal lain mengenai awal perang ini adalah dimulainya
Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada 7 Juli 1937.
[4][5]
Lainnya mengikuti sejarawan Britania Raya
A. J. P. Taylor, yang percaya bahwa Perang Tiongkok-Jepang dan perang di Eropa beserta koloninya terjadi bersamaan dan dua perang ini bergabung pada tahun 1941. Artikel ini memakai penanggalan konvesional. Tanggal-tanggal awal lainnya yang sering dipakai untuk Perang Dunia II juga meliputi
invasi Italia ke Abisinia pada tanggal 3 Oktober 1935.
[6] Sejarawan Britania raya
Antony Beevor memandang awal Perang Dunia Kedua terjadi saat Jepang menyerbu Manchuria bulan Agustus 1939.
[7]
Tanggal pasti akhir perang juga tidak disetujui secara universal. Dari dulu disebutkan bahwa perang berakhir saat
gencatan senjata 14 Agustus 1945 (
V-J Day), alih-alih penyerahan diri resmi Jepang (2 September 1945); di sejumlah teks sejarah Eropa, perang ini berakhir pada
V-E Day (8 Mei 1945). Meski begitu,
Perjanjian Damai dengan Jepang baru ditandatangani pada tahun 1951,
[8] dan
dengan Jerman pada tahun 1990.
[9]
Perang Dunia I membuat perubahan besar pada peta politik, dengan kekalahan
Blok Sentral, termasuk
Austria-Hongaria, Jerman, dan
Kesultanan Utsmaniyah; dan perebutan kekuasaan oleh
Bolshevik di
Rusia pada tahun 1917. Sementara itu, negara-negara Sekutu yang menang seperti Perancis, Belgia, Italia, Yunani, dan Rumania memperoleh wilayah baru, dan negara-negara baru tercipta setelah runtuhnya Austria-Hongaria,
Kekaisaran Rusia, dan
Kesultanan Utsmaniyah.
Kekaisaran Jerman bubar melalui
Revolusi Jerman 1918–1919 dan sebuah pemerintahaan demokratis yang kemudian dikenal dengan nama
Republik Weimar dibentuk. Periode antarperang melibatkan kerusuhan antara pendukung republik baru ini dan penentang garis keras atas
sayap kanan maupun
kiri. Walaupun Italia selaku sekutu Entente berhasil merebut sejumlah wilayah, kaum nasionalis Italia marah mengetahui
janji-janji Britania dan Perancis yang menjamin masuknya Italia ke kancah perang tidak dipenuhi dengan penyelesaian damai. Sejak 1922 sampai 1925, gerakan
Fasis pimpinan
Benito Mussolini berkuasa di Italia dengan agenda nasionalis, totalitarian, dan kolaborasionis kelas yang menghapus demokrasi perwakilan, penindasan sosialis, kaum sayap kiri dan liberal, dan mengejar kebijakan luar negeri agresif yang berusaha membawa Italia sebagai kekuatan dunia—"
Kekaisaran Romawi Baru".
[14]
Di Jerman,
Partai Nazi yang dipimpin
Adolf Hitler berupaya mendirikan pemerintahan fasis di Jerman. Setelah
Depresi Besardimulai, dukungan dalam negeri untuk Nazi meningkat dan, pada tahun 1933, Hitler ditunjuk sebagai Kanselir Jerman. Setelah
kebakaran Reichstag, Hitler menciptakan negara satu partai totalitarian yang dipimpin Partai Nazi.
[15]
Berharap mencegah Jerman, Britania Raya, Perancis, dan Italia membentuk
Front Stresa. Uni Soviet, khawatir akan
keinginan Jerman mencaplok wilayah luas di Eropa Timur, membuat perjanjian bantuan bersama dengan Perancis. Sebelum diberlakukan,
pakta Perancis-Soviet ini perlu melewati birokrasi
Liga Bangsa-Bangsa, yang pada dasarnya menjadikannya tidak berguna.
[22][23]Akan tetapi, pada bulan Juni 1935, Britania Raya membuat
perjanjian laut independen dengan Jerman, sehingga melonggarkkan batasan-batasan sebelumnya. Amerika Serikat, setelah mempertimbangkan peristiwa yang terjadi di Eropa dan Asia, mengesahkan
Undang-Undang Netralitas pada bulan Agustus.
[24] Pada bulan Oktober, Italia menginvasi Ethiopia, dan Jerman adalah satu-satunya negara besar Eropa yang mendukung tindakan tersebut. Italia langsung menarik keberatannya terhadap tindakan Jerman menganeksasi
Austria.
[25]
Hitler menolak Perjanjian Versailles dan
Locarno dengan
meremiliterisasi Rhineland pada bulan Maret 1936. Ia mendapat sedikit tanggapan dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.
[26] Ketika
Perang Saudara Spanyol pecah bulan Juli, Hitler dan Mussolini mendukung
pasukan Nasionalis yang fasis dan otoriter dalam perang saudara mereka melawan
Republik Spanyol yang didukung Soviet. Kedua pihak memakai konflik ini untuk menguji senjata dan metode peperangan baru,
[27] berakhir dengan kemenangan Nasionalis pada awal 1939. Bulan Oktober 1936, Jerman dan Italia membentuk
Poros Roma-Berlin. Sebulan kemudian, Jerman dan Jepang menandatangani
Pakta Anti-Komintern, namun kelak diikuti Italia pada tahun berikutnya. Di Tiongkok, setelah
Insiden Xi'an, pasukan Kuomintang dan komunis menyetujui gencatan senjata untuk membentuk
front bersatu dan sama-sama melawan Jepang.
[28]
Jerman dan Italia memberi dukungan kepada
para pemberontak Nasionalis yang dipimpin Jenderal
Francisco Franco di Spanyol. Uni Soviet mendukung pemerintah yang sudah berdiri,
Republik Spanyol, yang memiliki kecenderungan sayap kiri. Baik Jerman dan Uni Soviet memakai
perang proksi ini sebagai kesempatan menguji senjata dan taktik baru mereka.
Pengeboman Guernica yang disengaja oleh
Legiun Condor Jerman pada April 1937 berkontribusi pada kekhawatiran bahwa perang besar selanjutnya akan melibatkan serangan bom teror besar-besaran terhadap warga sipil.
[30][31]
Pada bulan Juni 1938, pasukan Tiongkok menghentikan serbuan Jepang dengan
membanjiri Sungai Kuning; manuver ini memberikan waktu bagi Tiongkok untuk mempersiapkan pertahanan di
Wuhan, namun
kota ini berhasil direbut pada bulan Oktober.
[33] Kemenangan militer Jepang gagal menghentikan pemberontakan Tiongkok yang menjadi tujuan Jepang. Pemerintahan Tiongkok pindah ke pedalaman di
Chongqing dan melanjutkan perang.
[34]
Invasi Jepang ke Uni Soviet dan Mongolia (1938)[sunting | sunting sumber]
Pertempuran ini meyakinkan sejumlah faksi pemerintahan Jepang bahwa mereka harus fokus berkonsiliasi dengan pemerintah Soviet demi menghindari ikut campur Soviet dalam perang melawan Tiongkok dan mengalihkan perhatian militer mereka ke selatan, yaitu ke jajahan Amerika Serikat dan Eropa di Pasifik, serta mencegah penggulingan pemimpin militer Soviet berpengalaman seperti
Georgy Zhukov, yang kelak memainkan peran penting dalam
mempertahankan Moskwa.
[37]
Bulan Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet menandatangani
Pakta Molotov–Ribbentrop,
[44] sebuah perjanjian non-agresi dengan satu protokol rahasia. Setiap pihak memberikan haknya satu sama lain, "andai terjadi penyusunan wilayah dan politik," terhadap "cakupan pengaruh" (antara
Polandia dan
Lituania untuk Jerman, dan
Polandia timur, Finlandia,
Estonia, Latvia, dan
Bessarabiauntuk Uni Soviet). Pakta ini juga memunculkan pertanyaan tentang keberlangsungan kemerdekaan Polandia.
[45]
Di Eropa Barat, tentara Britania dikerahkan ke benua ini, namun pada fase yang dijuluki
Perang Phoney oleh Britania dan "Sitzkrieg" (
perang duduk) oleh Jerman tak satupun pihak yang melancarkan operasi besar-besaran terhadap satu sama lain sampai April 1940.
[61] Uni Soviet dan Jerman membuat
pakta dagang pada bulan Februari 1940, yang berarti Soviet menerima bantuan militer dan industri dengan imbalan menyediakan bahan mentah untuk Jerman agar bisa mengakali pemblokiran oleh Sekutu.
[62]
Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah hal untuk membantu Tiongkok dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November 1939,
Undang-Undang Netralitas diamandemen untuk memungkinkan pembelian
"beli dan angkut" oleh Sekutu.
[83]Tahun 1940, setelah pencaplokan Paris oleh Jerman, ukuran
Angkatan Laut Amerika Serikat meningkat pesat dan, setelah serbuan Jepang ke Indochina, Amerika Serikat memberlakukan
embargo besi, baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang.
[84] Pada bulan September, Amerika Serikat menyetujui
penukaran kapal penghancur AS dengan pangkalan Britania Raya.
[85] Tetap saja, mayoritas rakyat Amerika Serikat menentang intervensi militer langsung apapun terhadap konflik ini sampai tahun 1941.
[86]
Pada akhir September 1940,
Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan Jerman untuk meresmikan
Kekuatan Poros. Pakta Tiga Pihak ini menegaskan bahwa negara apapun, kecuali Uni Soviet, yang tidak terlibat dalam perang yang menyerang Kekuatan Poros apapun akan dipaksa berperang melawan ketiganya.
[87] Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung Britania Raya dan Tiongkok dengan memperkenalkan kebijakan
Lend-Lease yang mengizinkan pengiriman material dan barang-barang lain
[88] dan membuat zona keamanan yang membentang hingga separuh Samudra Atlantik agar
Angkatan Laut Amerika Serikat bisa melindungi konvoi Britania.
[89] Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan laut di Atlantik Utara dan Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika Serikat secara resmi tetap netral.
[90][91]
Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika
Hongaria, Slowakia, dan
Rumania bergabung dengan Pakta Tiga Pihak ini.
[92]Rumania akan memberi
kontribusi besar terhadap perang Poros melawan Uni Soviet, sebagian untuk merebut kembali
wilayah yang diserahkan kepada Soviet, sebagian lagi demi memenuhi keinginan pemimpinnya,
Ion Antonescu, untuk melawan komunisme.
[93]Pada bulan Oktober 1940,
Italia menyerbu Yunani, tetapi beberapa hari kemudian digagalkan dan dipukul sampai Albania yang berakhir dengan kebuntuan.
[94] Bulan Desember 1940, pasukan Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap
pasukan Italia di Mesir dan
Afrika Timur Italia.
[95] Pada awal 1941, dengan pasukan Italia dipukul hingga Libya oleh Persemakmuran, Churchill memerintahkan
pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.
[96] Angkatan Laut Italia juga menderita kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan membuat tiga kapal perang Italia tidak berfungsi melalui
serangan kapal induk di Taranto, dan menetralisasi beberapa kapal perang lain pada
Pertempuran Tanjung Matapan.
[97]
Dengan stabilnya situasi di Eropa dan Asia, Jerman, Jepang, dan Uni Soviet mempersiapkan diri. Dengan kekhawatiran Soviet terhadap meningkatnya ketegangan dengan Jerman dan rencana Jepang untuk memanfaatkan Perang Eropa dengan merebut jajahan Eropa yang kaya sumber daya alam di Asia Tenggara, kedua kekuatan ini menandatangani
Pakta Netralitas Soviet–Jepang pada bulan April 1941.
[109] Kebalikannya, Jerman bersiap-siap menyerang Uni Soviet dengan menempatkan pasukan dalam jumlah besar di perbatasan Soviet.
[110]
Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan pengepungan
Leningrad[123] dan
Sevastopol yang masih berlanjut,
[124] sebuah
serangan besar ke Moskwa dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman hampir mencapai pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang lelah
[125] terpaksa menunda serangan mereka.
[126] Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi kampanye mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai Soviet,
kemampuan memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan banyak sekali potensi militernya.
Fase blitzkrieg perang di Eropa telah berakhir.
[127]
Animasi Teater Eropa PDII.
Pada awal Desember,
pasukan cadangan yang baru dimobilisasi
[128] memungkinkan Soviet menyamakan jumlah tentaranya dengan Poros.
[129] Hal ini, bersama
data intelijen yang menetapkan jumlah minimum tentara Soviet di Timur yang cukup untuk mencegah serangan apapun oleh
Angkatan Darat Kwantung Jepang,
[130] memungkinkan Soviet memulai
serangan balasan massal yang dimulai tanggal 5 Desember di front sepanjang 1,000 kilometre (620 mil) dan mendesak tentara Jerman mundur 100–250 kilometre (62–155 mil) ke barat.
[131]
Keberhasilan Jerman di Eropa menggugah Jerman untuk meningkatkan tekanannya terhadap pemerintah-pemerintah Eropa di Asia Tenggara. Pemerintah Belanda setuju menyediakan minyak untuk Jepang dari
Hindia Timur Belanda, namun menolak menyerahkan kendali politik atas koloninya.
Perancis Vichy, sebaliknya, menyetujui pendudukan Jepang di
Indochina Perancis.
[132] Pada bulan Juli 1941, Amerika Serikat, Britania Raya, dan pemerintah Barat lainnya bereaksi terhadap pendudukan Indochina dengan membekukan aset-aset Jepang, sementara Amerika Serikat (yang menyediakan 80 persen minyak Jepang
[133]) merespon dengan menerapkan embargo minyak secara penuh.
[134] Ini berarti Jepang terpaksa memilih antara mengabaikan ambisinya di Asia dan perang melawan Tiongkok, atau merebut sumber daya alam yang diperlukan melalui kekuatan; militer Jepang tidak menganggap yang pertama sebagai pilihan, dan banyak pejabat menganggap embargo minyak sebagai pernyataan perang tidak langsung.
[135]
Kejatuhan Singapura pada Februari 1942 mengakibatkan 80.000 tentara Sekutu ditangkap dan diperbudak oleh Jepang.
Serangan-serangan ini mendorong Amerika Serikat,
Britania Raya, Tiongkok, Australia, dan beberapa negara lain secara resmi menyatakan perang terhadap Jepang, sementara Uni Soviet, karena sedang terlibat dalam perang besar-besaran dengan blok Poros Eropa, memilih untuk tetap netral dengan Jepang.
[139][140] Jerman dan negara-negara Poros menanggapi dengan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Pada bulan Januari, Amerika Serikat, Britania Raya, Uni Soviet, Tiongkok, dan 22 pemerintahan kecil atau terasingkan mengeluarkan
Deklarasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga memperkuat
Piagam Atlantik,
[141] dan melakukan kewajiban untuk tidak menandatangani perjanjian damai terpisah dengan negara-negara Poros. Sejak 1941, Stalin terus meminta Churchill, dan kemudian Roosevelt, untuk membuka 'front kedua' di Perancis.
[142] Front Timur menjadi teater perang besar di Eropa dan jumlah korban Soviet yang berjumlah jutaan menciutkan jumlah korban Sekutu Barat yang hanya ratusan ribu orang; Churchill dan Roosevelt mengatakan mereka butuh lebih banyak waktu untuk persiapan, sehingga memunculkan klaim bahwa mereka sengaja buntu untuk menyelamatkan orang-orang Barat dengan mengorbankan orang-orang Soviet.
[143]
Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir menguasai seluruh
Burma,
Malaya,
Hindia Timur Belanda,
Singapura,
[144] dan
Rabaul, sehingga menambah kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak di antara mereka yang ditawan. Meski memberontak habis-habisan di
Corregidor,
Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei 1942 dan memaksa pemerintah
Persemakmuran Filipina mengasingkan diri.
[145] Pasukan Jepang juga memenangkan pertempuran laut di
Laut Tiongkok Selatan,
Laut Jawa, dan
Samudra Hindia,
[146] dan
mengebom pangkalan laut Sekutu di
Darwin, Australia. Satu-satunya kesuksesan sejati Sekutu melawan Jepang adalah
kemenangan Tiongkok di Changsha pada awal Januari 1942.
[147] Kemenangan-kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini membuat Jepang terlalu percaya diri dan berlebihan.
[148]
Jerman juga mewujudkan inisiatifnya. Dengan mengeksploitasi keputusan komando laut Amerika Serikat yang ragu-ragu,
Angkatan Laut Jerman mengacaukan jalur kapal Sekutu di lepas pesisir Atlantik Amerika Serikat.
[149] Meski kalah besar, anggota Poros Eropa menghentikan serbuan Soviet di Rusia Tengah dan Selatan, sehingga melindungi sebagian besar jajahan yang mereka peroleh pada tahun sebelumnya.
[150] Di Afrika Utara, Jerman melancarkan sebuah serangan pada bulan Januari yang memukul Britania kembali ke posisinya di
Garis Gazala pada awal Februari,
[151] diikuti oleh meredanya pertempuran untuk sementara yang dimanfaatkan Jerman untuk mempersiapkan serangan mereka selanjutnya.
[152]
Kedua rencana ini dimulai bulan Juli, namun pada pertengahan September,
Pertempuran Guadalcanal dimenangkan Jepang, dan tentara-tentara di Nugini diperintahkan mundur dari Port Moresby ke
bagian utara pulau, tempat mereka menghadapi tentara Australia dan Amerika Serikat dalam
Pertempuran Buna-Gona.
[158] Guadalcanal segera menjadi titik fokus bagi kedua pihak dengan komitmen besar tentara dan kapal dalam pertempuran Guadalcanal. Pada awal 1943, Jepang dikalahkan di pulau ini dan
menarik tentara mereka.
[159] Di Burma, pasukan Persemakmuran melancarkan dua operasi. Pertama,
ofensif ke wilayah Arakan pada akhir 1942 gagal dan memaksa pasukan mundur ke India bulan Mei 1943.
[160] Kedua,
penyisipan pasukan ireguler ke belakang garis depan Jepang bulan Februari yang, pada akhir April, memperoleh hasil yang diragukan.
[161]
Pada bulan November 1941, pasukan Persemakmudan mengadakan serangan balasan,
Operasi Crusader, di Afrika Utara dan mengklaim kembali semua wilayah yang direbut Jerman dan Italia.
[168] Di Barat, kekhawatiran bahwa Jepang mungkin memakai pangkalan di
Madagaskar Vichy mendorong Britania
menyerbu pulau ini pada awal Mei 1942.
[169] Kesuksesan ini tidak bertahan lama setelah Poros berhasil memukul Sekutu kembali ke Mesir dalam
serangan di Libya sampai pasukan Poros
dihentikan di El Alamein.
[170] Di Eropa, serangan
komando Sekutu terhadap target-target strategis, berakhir dengan
Serangan Dieppe yang menghancurkan,
[171] menunjukkan ketidakmampuan Sekutu Barat untuk melancarkan invasi ke daratan Eropa tanpa persiapan, perlengkapan, dan keamanan operasional yang lebih baik.
[172]
Di Uni Soviet, baik Jerman dan Soviet menghabiskan musim semi dan awal musim panas 1943 dengan bersiap-siap untuk serangan besar di Rusia Tengah. Tanggal 4 Juli 1943, Jerman
menyerang pasukan Soviet di sekitar Kursk Bulge. Dalam satu minggu, pasukan Jerman lelah menghadapi pertahanan Soviet yang sangat teratur
[182][183] dan, untuk pertama kalinya dalam perang ini, Hitler membatalkan sebuah operasi sebelum memperoleh kesuksesan taktis atau operasional.
[184] Keputusan ini sebagian dipengaruhi oleh
invasi Sisilia oleh Sekutu Barat pada 9 Juli yang, bersama kegagalan-kegagalan Italia sebelumnya, berujung pada penggulingan dan penahanan Mussolini pada akhir bulan itu.
[185]
Tanggal 12 Juli 1943, Soviet melancarkan
serangan balasannya sendiri, sehingga memupuskan harapan apapun bagi Angkatan Darat Jerman untuk memenangkan pertempuran atau buntu di timur. Kemenangan Soviet di Kursk menandai kejatuhan superioritas Jerman
[186] dan memberi Uni Soviet inisiatif di Front Timur.
[187][188] Jerman berusaha menstabilkan front timur mereka di sepanjang
garis Panther-Wotan yang sangat dipertahankan, namun Soviet berhasil mendobraknya di
Smolensk dan
Serangan Dnieper Hilir.
[189]
Personil dan perlengkapan Pasukan Merah melintasi sungai saat musim panas utara 1944
Pada bulan September 1944, tentara
Angkatan Darat Merah Soviet melaju hingga
Yugoslavia dan memaksa penarikan cepat Grup Angkatan Darat Jerman
E dan
F di
Yunani,
Albania, dan
Yugoslavia untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran.
[216] Pada saat ini,
Partisan Komunis pimpinan Marsekal
Josip Broz Tito, yang memulai
kampanye gerilya sukses melawan pendudukan sejak 1941, menguasai sebagian besar teritori Yugoslavia dan terlibat dalam menunda serangan terhadap pasukan Jerman di selatan. Di
Serbiautara,
Pasukan Merah, dengan bantuan terbatas dari
pasukan Bulgaria, membantu Partisan dalam
pembebasan bersama ibu kota Belgrade tanggal 20 Oktober. Beberapa hari kemudian, Soviet melancarkan
serangan massal terhadap
Hongaria dudukan Jermanyang berlangsung sampai
jatuhnya Budapest pada bulan Februari 1945.
[217] Kebalikan dengan kemenangan impresif Soviet di Balkan,
pemberontakan Finlandia terhadap
serangan Soviet di
Tanah Genting Karelia menggagalkan pendudukan Soviet di Finlandia dan berakhir dengan penandatanganan
gencatan senjata Soviet-Finlandia pada kondisi relatif kondusif,
[218][219] disertai
memihaknya Finlandia ke Sekutu.
Pada awal Juli, pasukan Persemakmuran di Asia Tenggara menggagalkan pengepungan Jepang di Assam, memukul pasukannya kembali hingga
Sungai Chindwin[220] sementara Tiongkok mencaplok Myitkyina. Di Tiongkok, Jepang menuai kesuksesan besar, berhasil mencaplok Changsha pada pertengahan Juni dan kota
Hengyang pada awal Agustus.
[221] Selepas itu, mereka menyerbu provinsi Guangxi, memenangkan pertempuran besar melawan pasukan Tiongkok di
Guilin dan Liuzhou pada akhir November
[222]dan berhasil menyatukan pasukan mereka di Tiongkok dan Indochina pada pertengahan Desember.
[223]
Di Pasifik, pasukan Amerika Serikat terus menekan mundur perimeter Jepang. Pada pertengahan Juni 1944, mereka memulai
serangan ke Kepulauan Mariana dan Palau, dan dengan telak mengalahkan pasukan Jepang pada
Pertempuran Laut Filipina. Kekalahan-kekalahan ini memaksa Perdana Menteri Jepang
Tōjō mengundurkan diri dan memberi Amerika Serikat keunggulan atas pangkalan udara baru untuk melancarkan serangan bom besar-besaran di kepulauan utama Jepang. Pada akhir Oktober, pasukan Amerika Serikat
menyerbu pulau Leyte, Filipina; tidak lama kemudian, angkatan laut Sekutu mencetak kemenangan besar pada
Pertempuran Teluk Leyte, salah satu pertempuran laut terbesar sepanjang sejarah.
[224]
Tanggal 16 Desember 1944, Jerman mengupayakan kesuksesan terakhirnya di Front Barat dengan mengerahkan sisa-sisa pasukan cadangannya untuk melancarkan
serangan balasan massal di Ardennes untuk memecah belah Sekutu Barat, mengepung sebagian besar tentara Sekutu Barat dan menaklukkan pelabuhan suplai utama mereka di
Antwerp demi mencapai penyelesaian politik.
[225] Pada Januari, serangan ini digagalkan tanpa satu tujuan strategis pun yang tercapai.
[225] Di italia, Sekutu Barat tetap buntu di garis pertahanan Jerman. Pada pertengahan Januari 1945, Soviet menyerbu Polandia,
bergerak dari Sungai Vistula ke Sungai Oder di Jerman, dan
menduduki Prusia Timur.
[226]Tanggal 4 Februari, para pemimpin A.S., Britania Raya, dan Soviet bertemu di
Konferensi Yalta. Mereka menyetujui pendudukan di Jerman pascaperang,
[227] dan Uni Soviet bergabung dalam perang melawan Jepang.
[228]
-
Jalanan pusat kota Berlin yang hancur pasca-
Pertempuran Berlin, diambil tanggal 3 Juli 1945.
-
Sekutu mendirikan pemerintahan pendudukan di
Austria dan
Jerman. Negara pertama menjadi negara netral dan tidak memihak dengan blok politik manapun. Negara terakhir dibelah menjadi zona pendudukan barat dan timur yang dikuasai Sekutu Barat dan Uni Soviet. Program
denazifikasi di Jerman melibatkan
pengadilan penjahat perang Nazi dan penggulingan mantan Nazi dari kekuasaan, meski kebijakan ini lebih condong ke amnesti dan reintegrasi mantan Nazi ke masyarakat Jerman Barat.
[245]
Demi mempertahankan perdamaian,
[252] Sekutu mendirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang resmi berdiri tanggal 24 Oktober 1945,
[253] dan mengadopsi
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1948 sebagai standar umum bagi semua negara anggotanya.
[254] Kekuatan-kekuatan besar yang menjadi pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet, Tiongkok, Britania Raya, dan Perancis—menjadi anggota tetap
Dewan Keamanan PBB.
[3] Kelima anggota tetap ini masih ada sampai sekarang, meski terjadi perubahan dua kursi,
antara Republik Tiongkok dan Republik Rakyat Tiongkok tahun 1971, dan antara Uni Soviet dan negara penggantinya, Federasi Rusia, setelah
pembubaran Uni Soviet. Aliansi antara Sekutu Barat dan Uni Soviet mulai memburuk, bahkan sejak sebelum perang berakhir.
[255]
Pembagian dunia pascaperang diresmikan oleh dua aliansi militer internasional,
NATO pimpinan Amerika Serikat dan
Pakta Warsawapimpinan Soviet;
[262] periode panjang ketegangan politik dan persaingan militer di antara mereka,
Perang Dingin, akan dilengkapi oleh perlombaan senjata dan perang proksi yang tidak terduga.
[263]
Ekonomi global menderita akibat perang, meski negara-negara yang terlibat terpengaruh dengan berbagai cara. Amerika Serikat tampil lebih kaya daripada negara lain; negara ini mengalami
ledakan bayi dan pada tahun 1950 produk domestik bruto per orangnya lebih tinggi daripada negara-negara besar lain dan Amerika Serikat mendominasi ekonomi dunia.
[269][270] Britania Raya dan Amerika Serikat menerapkan kebijakan
pelucutan industri di Jerman Barat pada tahun 1945–1948.
[271] Akibat perdagangan internasional yang saling tergantung, hal ini menciptakan stagnasi ekonomi di Eropa dan menunda pemulihan Eropa selama beberapa tahun.
[272][273]
Uni Soviet, meski menderita kerugian manusia dan material yang luar biasa, juga mengalami peningkatan pesat produksi pada masa-masa pascaperang.
[282] Jepang mengalami
pertumbuhan ekonomi pesat, menjadi salah satu ekonomi terkuat dunia pada tahun 1980-an.
[283] Tiongkok kembali ke produksi industrinya sebelum perang pada tahun 1952.
[284]
-
Komandan Agung 5 Juni 1945 di Berlin:
Korban jiwa Perang Dunia II
Perkiraan total korban perang bervariasi, karena banyak kematian yang tidak tercatat. Kebanyakan pihak memperkirakan sekitar 60 juta orang tewas dalam perang, termasuk
20 juta tentara dan 40 juta warga sipil.
[285][286][287] Banyak warga sipil tewas akibat
wabah,
kelaparan,
pembantaian,
pengeboman, dan
genosida yang disengaja. Uni Soviet kehilangan sekitar 27 juta rakyatnya sepanjang perang,
[288] termasuk 8,7 juta personil militer dan 19 juta warga sipil. Pangsa korban jiwa militer terbesar adalah etnis
Rusia (5.756.000), diikuti etnis
Ukraina (1,377,400).
[289] Satu dari empat warga sipil Sovet dibunuh atau terluka dalam perang ini.
[290] Jerman mengalami 5,3 juta kematian militer, kebanyakan di Front Timur dan sepanjang pertempuran terakhir di Jerman.
[291]
Dari total korban tewas pada Perang Dunia II, sekitar 85 persen—kebanyakan Soviet dan Tiongkok—berada di pihak Sekutu dan 15 persen sisanya di pihak Poros. Sebagian besar kematian ini diakibatkan oleh kejahatan perang
yang dilakukan pasukan Jerman dan
Jepang di wilayah pendudukan. Sekitar 11
[292] sampai 17 juta
[293] warga sipil tewas akibat kebijakan ideologi Nazi secara langsung maupun tidak langsung, termasuk genosida sistematis sekitar enam juta kaum Yahudi sepanjang
Holocaust ditambah lima juta
bangsa Roma,
homoseksual, serta
Slav dan suku bangsa atau kaum minoritas lainnya.
[294]
Warga sipil Tiongkok hendak dikubur hidup-hidup oleh tentara Jepang.
Kekejaman Jepang yang paling terkenal adalah
Pembantaian Nanking, yaitu ketika sekian ratus ribu warga sipil Tiongkok diperkosa dan dibunuh.
[297] Antara 3 juta hingga lebih dari 10 juta warga sipil, kebanyakan etnis Tionghoa, dibunuh oleh pasukan pendudukan Jepang.
[298] Mitsuyoshi Himeta melaporkan 2,7 juta korban jiwa selama dilaksanakannya
Sankō Sakusen. Jenderal
Yasuji Okamuramenerapkan kebijakan ini di Heipei dan
Shantung.
[299]
Sejumlah sejarawan, seperti
Jörg Friedrich, menegaskan bahwa
pengeboman massal kawasan berpenduduk di wilayah musuh, termasuk
Tokyo dan terutama kota-kota Jerman di
Dresden,
Hamburg, dan
Koln oleh Sekutu Barat, yang mengakibatkan kehancuran lebih dari 160 kota dan kematian 600.000 warga sipil Jerman, bisa dianggap sebagai kejahatan perang.
[309]
Nazi bertanggung jawab atas terjadinya Holocaust, yaitu pembunuhan sekitar enam juta (meskipun jumlahnya diragukan) kaum Yahudi (kebanyakan
Ashkenazim), serta dua juta
etnis Polandia dan empat juta orang lainnya yang dianggap "
tidak layak hidup" (termasuk
orang cacat dan
sakit jiwa,
tahanan perang Soviet, homoseksual,
Freemason,
Saksi-Saksi Yehuwa, dan
Romani) sebagai bagian dari program pemusnahan dengan sengaja. Sekitar 12 juta orang, kebanyakan
penduduk Eropa Timur, dipekerjakan sebagai
buruh paksa di ekonomi perang Jerman.
[310] Terlepas dari semua itu, ada beberapa pihak yang meragukan jumlah korban Holocoust. Mereka beranggapan bahwa korban Holocoust tidak sampai mencapai 6 juta orang, melainkan hanya ratusan ribu saja. Peristiwa ini juga dianggap oleh pihak-pihak tertentu sebagai propaganda untuk menarik simpati terhadap berdirinya negara
Israel. Banyaknya negara-negara
Eropa memberikan hukuman bagi siapa saja yang tidak percaya pada peristiwa Holocoust dan seringnya peristiwa ini ditunjukkan dalam film-film dan dalam buku-buku sejarah, membuat pihak-pihak tersebut ragu akan kebenaran peristiwa ini. Namun, terlepas dari semua keraguan itu, peristiwa pembantaian dan penyiksaan terhadap Yahudi benar-benar ada, meskipun jumlah korbannya masih kontroversial.
Selain
kamp konsentrasi Nazi,
gulag (
kamp buruh) Soviet mengakibatkan kematian warga sipil negara-negara yang diduduki seperti Polandia, Lituania, Latvia, dan Estonia, serta
tahanan perang Jerman dan bahkan warga sipil Soviet yang dianggap mendukung Nazi.
[311] Enam puluh persen
tahanan perang Jerman di Soviet tewas sepanjang perang.
[312] Richard Overy memberi jumlah 5,7 juta tahanan perang Soviet. Dari jumlah tersebut, 57 persen meninggal dunia atau dibunuh dengan jumlah 3,6 juta orang.
[313] Mantan tahanan perang Soviet dan warga sipil yang pulang diperlakukan dengan kecurigaan luar biasa sebagai pendukung Nazi yang potensial, dan beberapa di antara mereka dikirim ke Gulag setelah diperiksa NKVD.
[314]
Menurut sejarawan Zhifen Ju, sedikitnya lima juta warga sipil Tiongkok dari Tiongkok utara dan Manchukuo diperbudak antara 1935 dan 1941 oleh
Dewan Pembangunan Asia Timur, atau
Kōain, untuk bekerja di pertambangan dan industri perang. Setelah 1942, jumlah ini mencapai 10 juta orang.
[318] U.S. Library of Congress memperkirakan bahwa di
Jawa, antar 4 dan 10 juta
romusha (bahasa Indonesia: "buruh manual"), dipaksa bekerja oleh militer Jepang. Sekitar 270.000 buruh Jawa dikirim ke wilayah pendudukan Jepang lain di Asia Tenggara, dan hanya 52.000 orang yang pulang ke Jawa.
[319]
Pada tanggal 19 Februari 1942, Roosevelt menandatangani
Perintah Eksekutif 9066 yang menahan ribuan orang Jepang,
Italia,
Jerman Amerika, dan sejumlah emigran dari Hawaii yang mengungsi setelah pengeboman
Pearl Harbor sampai perang berakhir. Pemerintah A.S. dan Kanada menahan 150.000 warga Jepang Amerika.
[320][321] Selain itu, 14.000 penduduk Jerman dan Italia di A.S. yang dianggap sebagai risiko keamanan juga ditahan.
[322]
Rasio PDB Sekutu dibandingkan dengan Poros
Di Eropa, sebelum pecah perang, Sekutu memiliki keunggulan signifikan dalam hal populasi dan ekonomi. Pada tahun 1938, Sekutu Barat (Britania Raya, Perancis, Polandia, dan Jajahan Britania) memiliki populasi 30 persen lebih besar dan produk domestik bruto 30 persen lebih besar daripada Poros Eropa (Jerman dan Italia); jika koloni disertakan dalam hitungan, Sekutu mendapatkan keunggulan 5:1 dalam jumlah penduduk dan 2:1 dalam PDB.
[325] Di Asia pada saat yang sama, Tiongkok memiliki jumlah penduduk enam kali lebih banyak daripada Jepang, tetapi PDB yang 89 persen lebih tinggi; jumlah ini berkurang menjadi populasi tiga kali lebih banyak dan PDB 38 persen lebih tinggi jika koloni-koloni Jepang disertakan dalam hitungan.
[325]
Meski keunggulan ekonomi dan populasi Sekutu dimanfaatkan besar-besaran selama serangan blitzkrieg awal Jerman dan Jepang, mereka menjadi faktor penentu pada tahun 1942, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet bergabung dengan Sekutu, setelah sebagian besar perang ini menjadi perang atrisi.
[326] Sementara kemampuan Sekutu untuk melampaui produksi Poros sering dikaitkan dengan akses Sekutu yang besar ke sumber daya alam, faktor-faktor lain, seperti keengganan Jerman dan Jepang untuk mempekerjakan wanita dalam
tenaga kerja,
[327][328] pengeboman strategis oleh Sekutu,
[329][330] dan peralihan terbaru Jerman ke
ekonomi perang[331] sangat berkontribusi besar. Selain itu, baik Jerman maupun Jepang tidak berencana mengadakan perang yang berkepanjangan, dan tidak sanggup melakukannya.
[332][333] Untuk meningkatkan produksi mereka, Jerman dan Jepang memanfaatkan jutaan
buruh budak;
[334] Jerman memanfaatkan 12 juta orang, kebanyakan dari Eropa Timur,
[310] sementara
Jepang memanfaatkan lebih dari 18 juta orang di Asia Timur Jauh.
[318][319]
Di Eropa, pendudukan muncul dalam dua bentuk yang sangat berbeda. Di Eropa Barat, Utara, dan Tengah (Perancis, Norwegia, Denmark, Negara-Negara Hilir, dan
wilayah Cekoslowakia yang dianeksasi), Jerman menerapkan kebijakan ekonomi yang berhasil mengumpulkan 69,5 miliar
reichmark (27,8 miliar dolar AS) pada akhir perang; jumlah ini tidak meliputi
perampokan produk industri, perlengkapan militer, bahan mentah, dan barang-barang lain.
[335] Dari situ, pendapatan yang muncul dari negara-negara pendudukan mencapai 40 persen dari pendapatan yang dikumpulkan Jerman dari pajak, jumlah yang meningkat hampir 40 persen dari total pendapatan Jerman sepanjang perang.
[336]
Di Timur, keuntungan yang diharapkan dari
Lebensraum tidak pernah didapatkan karena garis depan yang berfluktuasi dan kebijakan
bumi hangus Soviet memusnahkan sumber daya bagi para penjajah Jerman.
[337] Tidak seperti di Barat,
kebijakan ras Nazimengizinkan kekejaman berlebihan terhadap "
orang inferior" keturunan Slavik; sebagian besar serbuan Jerman disertai dengan
eksekusi massal.
[338] Meski
kelompok pemberontak berdiri di hampir semua teritori pendudukan, mereka tidak mengganggu operasi Jerman baik di Timur
[339] maupun Barat
[340] sampai akhir tahun 1943.
Di Asia, Jepang menyebut negara-negara di bawah pendudukannya sebagai bagian dari
Lingkup Persemakmuran Asia Timur Raya, yang pada dasarnya merupakan
hegemoniJepang yang diklaim bertujuan membebaskan bangsa yang dikolonisasi.
[341] Meski pasukan Jepang awalnya disambut sebagai pembebas dari dominasi Eropa di sejumlah daerah, kekejaman mereka yang berlebihan mengubah opini publik menjadi menentang mereka dalam hitungan minggu.
[342] Selama penaklukan awal Jepang, negara ini mencaplok 4,000,000 barrel (640,000 m
3) minyak (~5.5×10
5 ton) yang ditinggalkan oleh pasukan Sekutu yang mundur, dan pada tahun 1943 Jepang mampu merebut produksi minyak di Hindia Timur Belanda hingga 50 milliar barel, 76 persen dari tingkat produksinya tahun 1940.
[342]
Pesawat terbang dimanfaatkan sebagai alat mata-mata,
pesawat tempur,
pengebom, dan bantuan darat, dan masing-masing perannya memperoleh kemajuan yang berarti. Inovasi-inovasi yang muncul meliputi
pengangkutan udara (kemampuan memindahkan suplai, perlengkapan, dan personil berprioritas tinggi dan terbatas dalam waktu singkat);
[343] dan
pengeboman strategis (pengeboman kawasan berpenduduk untuk menghancurkan industri dan moral).
[344] Persenjataan antipesawat juga dikembangkan, termasuk pertahanan
radar dan artileri darat-ke-udara, seperti
senjata 88 mm Jerman. Pemakaian
pesawat jet dimulai dan meski pengenalannya yang terlambat memberi sedikit pengaruh, pesawat jet kelak menjadi standar angkatan udara di seluruh dunia.
[345]
Kemajuan dibuat di hampir segala aspek pertempuran laut, terutama kapal angkut pesawat (kapal induk) dan kapal selam. Meski sejak awal perang, peperangan
udara menuai sedikit kesuksesan, berbagai aksi di Taranto, Pearl Harbor, Laut Tiongkok Selatan, dan Laut Koral membuat kapal induk dianggap mampu menggantikan kapal perang.
[346][347][348]
Di Atlantik,
kapal induk pengawal terbukti memainkan peran penting dalam konvoi Sekutu dan meningkatkan radius perlindungan efektif serta membantu menutup
celah Atlantik Tengah.
[349] Kapal induk juga lebih ekonomis daripada kapal perang karena biaya produksi pesawat yang relatif rendah
[350] dan tidak perlu diperkuat habis-habisan.
[351] Kapal selam, terbukti merupakan senjata efektif pada Perang Dunia Pertama,
[352] diantisipasi oleh semua pihak sebagai sesuatu yang terpenting nomor dua. Britania memfokuskan pengembangan
persenjataan dan taktik
antikapal selam, seperti
sonar dan konvoi, sementara Jerman berfokus pada memperbarui kemampuan serangannya dengan desain seperti
kapal selam Tipe VII dan taktik
wolfpack.
[353] Secara perlaham, teknologi baru Sekutu seperti
sinar Leigh,
hedgehog,
squid, dan
torpedo lacak terbukti unggul.
Peperangan darat berubah dari garis depan statis pada Perang Dunia I ke peningkatan mobilitas dan
senjata gabungan.
Tank, yang sering dipakai untuk membantu infanteri saat Perang Dunia Pertama, berubah menjadi senjata utama.
[354] Pada akhir 1930-an, desain tank lebih maju dibandingkan saat Perang Dunia I,
[355] dan
kemajuan terjadi sepanjang perang melalui peningkatan kecepatan, pertahanan, dan daya tembak.
Saat perang dimulai, kebanyakan komandan menduga tank musuh harus bertemu tank dengan spesifikasi yang lebih hebat.
[356] Ide ini ditantang oleh performa buruk senjata tank awal yang relatif ringan melawan kendaraan lapis baja, dan doktrin Jerman menghindari pertempuran tank-versus-tank. Hal ini, bersama pemakaian senjata gabungan oleh Jerman, termasuk di antara leemen kunci kesuksesan taktik blitzkrieg mereka di Polandia dan Perancis.
[354] Banyak cara untuk
menghancurkan tank, termasuk dengan
artileri tidak langsung,
senjata antitank (baik yang ditarik maupun
gerak sendiri),
ranjau, senjata antitank infanteri jarak pendek, dan bahkan tank lain pun diikutsertakan.
[356] Bahkan dengan mekanisasi besar-besaran, infanteri masih merupakan tulang punggung seluruh pasukan,
[357] dan sepanjang perang, sebagian besar infanteri memiliki perlengkapan yang sama seperti saat Perang Dunia I.
[358]
Senjata mesin portabel meluas, seperti
MG42 Jerman dan berbagai
senjata submesin yang dimodifikasi untuk pertempuran jarak dekat di perkotaan dan hutan.
[358] Bedil serang, sebuah pengembangan akhir perang yang mencakup berbagai fitur bedil dan senjata submesin, menjadi senjata standar infanteri pascaperang untuk sebagian besar angkatan bersenjata.
[359][360]
Sebagian besar pihak yang terlibat berupaya memecahkan masalah kompleksitas dan kerumitan yang muncul dari pemakaian
buku kode besar untuk
kriptografi dengan memakai mesin
sandi, yang paling terkenal adalah
mesin Enigma Jerman.
[361] SIGINT (
signals
intelligence) adalah proses melawan dekripsi yang pernah dipakai oleh Sekutu untuk memecahkan
kode laut Jepang[362] dan
Ultra dari Britania Raya, berasal dari metodologi dari
Polish Cipher Bureau, yang berhasil mengungkap Enigma selama tujuh tahun sebelum perang.
[363] Aspek lain
intelijen militer adalah pemakaian
kebohongan, yang berhasil dipakai oleh Sekutu dengan kesuksesan besar seperti dalam operasi
Mincemeatdan
Bodyguard.
[362][364] Kemajuan teknologi dan rekayasa lainnya tercapai sepanjang atau setelah perang, termasuk komputer-komputer terprogram pertama di dunia (
Z3,
Colossus, dan
ENIAC),
misil pandu dan
roket modern, pengembangan
senjata nuklir Proyek Manhattan,
penelitian operasi dan pengembangan
pelabuhan buatan dan
jalur pipa di bawah Selat Inggris.
[365]
Boeing B-17E Amerika Serikat. Sekutu kehilangan 160.000 penerbang dan 33.700 pesawat sepanjang perang udara di Eropa.
[366]
U-995 Type VIIC Jerman. Antara 1939 dan 1945, 3.500 kapal dagang Sekutu ditenggelamkan dengan mengorbankan 783 kapal-U Jerman.
T-34 Soviet, tank paling banyak diproduksi dalam perang ini. Lebih dari 57.000 unit dibuat pada tahun 1945.
- Dokumenter
sumber wikipedia